Monday, August 16, 2010

MITOS VS FAKTA berkenaan dengan KELAINAN-KELAINAN SISTEM PENCERNAAN

Mitos tentang luka lambung (“stomach ulcers”): Kelainan yang disebabkan oleh makan makanan pedas dan stress.
Faktanya: kebanyakan disebabkan oleh infeksi suatu jenis bakteri, Helicobacter pylori atau disebabkan oleh penggunaan obat-obatan anti nyeri /anti radang tertentu seperti aspirin, ibuprofen, or naproxen. Makanan pedas dan stress bukan penyebab utama, melainkan dapat memperburuk kondisi luka di lambung.

Mitos bahwa merokok mengurangi nyeri karena asam lambung (“heart burn”)
Faktanya: asap rokok dapat menyebabkan peradangan di kerongkongan, yang menambah nyeri karena asam lambung. Asap rokok juga menyebabkan katup pembatas antara kerongkongan dan lambung melonggar, yang menyebabkan naiknya asam lambung ke kerongkongan dan menyebabkan “heart burn”.

Mitos tentang obat cuci usus (“laxatives”): tidak berbahaya untuk mengatasi sembelit.
Faktanya: beberapa penelitian menunjukan penggunaan laxatives yang terlalu sering bisa melukai usus besar.

Mitos tentang liver cirrhosis (hati yang mengeras) hanya disebabkan oleh alkohol
Faktanya: alkohol hanya salah satu penyebabnya. Penyebab cirrhosis yang lain yang lebih umum di kalangan orang dewasa adalah hepatitis B, C, juga keracunan/kerusakan hati karena obat-obatan, bahan-bahan logam dari kontaminasi/pencemaran yang masuk ke tubuh, dan juga kerusakan hati sebagai komplikasi dari kegemukan dan diabetes.

Sunday, August 8, 2010

Infeksi Hepatitis C dan Penanganannya

Hepatitis C adalah peradangan hati akibat terinfeksi virus Hepatitis type C. Infeksi virus Hepatitis C virus adalah penyebab utama penyakit hati menahun, dimana kira-kira180 juta orang di dunia terinfeksi virus ini; 60%-70% dari mereka yang terinfeksi tidak menunjukan gejala sakit. Akibatnya kebanyakan mereka tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi virus hepatitis C, dan tidak menyadari bahwa mereka bisa menyebarkan infeksi tersebut ke orang lain.
Sekitar 15%–25% orang yang terinfeksi virus hepatitis C tidak menderita penyakit hati menahun dan tubuhnya bisa bersih dari virus tersebut biarpun tanpa pengobatan; sementara sekitar 75%–85% dari orang yang terinfeksi virus tersebut pada akhirnya menderita penyakit hati menahun yang mana 5%–20% dari mereka mengalami kerusakan hati yang permanen (liver cirrhosis) setelah 20–30 tahun terinfeksi.

Sampai saat ini, masih tidak ada vaksinasi yang efektif untuk mendapat kekebalan dari infeksi virus hepatitis C. Seseorang terinfeksi virus ini bilamana ada virus hepatitis C yang masuk ke dalam tubuhnya, seperti saat menerima transfusi darah, saat menerima transplantasi organ dari orang lain, dan saat bayi dilahirkan oleh ibu yang terinfeksi virus hepatitis C. Virus ini bisa dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium dari contoh darah seseorang yang terinfeksi virus hepatitis C 1-3 minggu sebelumya. Dalam 8-9 minggu setelah terinfeksi, biasanya sistem kekebalan tubuh orang tersebut akan membentuk antibodi untuk melawan virus hepatitis C. Karena itu, bahan anti-virus tersebut bisa terdeteksi dengan permeriksaan laboratorium 8–9 minggu setelah seseorang terinfeksi virus hepatitis C. Bilamana orang yang terinfeksi tersebut jatuh sakit, gejalanya bisa berupa badan panas, merasa lelah, sakit perut, kehilangan nafsu makan, mual, muntah-muntah, nyeri di persendian, warna kekuningan di kulit, kencing berwarna coklat kehitaman, dan/atau kotorannya berwarna gelap kehitaman. Bagi mereka yang jatuh sakit setelah terinfeksi virus hepatitis C, biasanya gejala sakitnya timbul dalam 2-24 minggu setelah terinfeksi.

Akan tetapi, kebanyakan orang baru mengetahui terinfeksi virus hepatitis C dari pemeriksaan darah yang menunjukan tanda-tanda adanya virus hepatitis C di dalam darah. Bilamana dari pemeriksaan laboratorium contoh darah orang tersebut juga menunjukan kadar alanine aminotransferase (ALT, juga dikenalkan sebagai SGPT, salah satu enzym yang diproduksi organ hati,) yang tinggi, berarti organ hatinya juga mengalami peradangan. Kendati, perlu juga diketahui bahwa kadar enzym ALT/SGPT pada orang yang terinfeksi virus hepatitis C bisa naik turun; sewaktu-waktu bahkan bisa kembali dalam batas normal sampai selama setahun sementara orang tersebut menderita penyakit hati menahun. Orang yang terinfeksi tersebut sebaiknya diperiksa lebih lanjut oleh dokter yang ahli dalam menangani penyakit hepatitis C, seperti spesialis penyakit infeksi, spesialis penyakit dalam, dan/atau spesialis sistem pencernaan.

Pengobatan umumnya dengan pegylated interferon (obat penguat sistem kekebalan tubuh untuk melawan virus) and/atau ribavirin (obat anti-virus), untuk mencegah komplikasi atau kematian akibat infeksi virus hepatitis C. Efektivitas pengobatan ini diukur berdasarkan respon virus terhadap pengobatan, yang ditunjukan dengan tidak terdeteksi virus hepatitis C di pemeriksaan laboratoriumn contoh darah dari orang yang diobati tersebut setelah 24 jam pengobatan dihentikan.

Pemeriksaan genotip (struktur genetik) virus hepatitis C perlu dilakukan sebelum pengobatan untuk memprediksi kemungkinan respon virus terhadap obat yang diberikan dan untuk menentukan lamanya pengobatan. Sejauh ini, diketahui paling sedikit ada 6 genotip virus hepatitis C.
* Pasien dengan genotip 2 dan 3, punya kemungkinan 2 – 3 kali lebih besar untuk memberikan respon yang baik terhadap pengobatan dibandingkan pasien dengan genotip 1.
* Bilamana menggunakan obat kombinasi, pegylated interferon and ribavirin, untuk pasien dengan genotip 2 and 3, cukup diberikan selama 24 minggu; untuk pasien dengan genotip 1 dianjurkan diberikan selama 48 minggu; untuk pasien dengan genotip 4dianjurkan diberikan selama 36-48 minggu; sementara untuk pasien dengan genotip 5 dan 6, lama pengobatan yang optimalnya masih dalam penelitian.

Orang yang terinfeksi virus hepatitis C dapat melindungi organ hatinya dari kerusakan lebih jauh dengan menghindari minum minuman yang beralkohol yang bisa mempercepat terjadinya kerusakan hati yang permanen (cirrhosis). Juga sebaiknya konsultasi dengan dokter sebelum mengkonsumsi obat-obatan dan/atau bahan-bahan suplemen berhubung jenis-jenis obat/bahan suplemen tertentu bisa menyebabkan kerusakan organ hati.
 

Web Site Hit Counter